Jumat, 25 Desember 2020

Puisi : Menunggu



Menunggu

Oleh Suyati


Menatap ke arah jalan

Deru jantung kian berdetak cepat

Dengan harap tinggi kau muncul segera 

Hadir menepati janji yang sudah kita sepakati


Detik-detik jam seakan-akan berteriak mengingatkan

Sudah  berlalu waktu dari yang ditentu

Sementara hati semakin tak menentu

Gelisah sendiri dalam penantian


Rabu, 23 Desember 2020

Puisi : Amanat

 


Amanat

Purbalingga, 23 Desember 2020

 

Kaget

Meragu jiwa

Menerima amanat tersemat

Apakah mampu ragu bertanya

 

Gugup

Gagap menghinggap

Asa mimpi mengharap

Beban berat tak terungkap

 

Hampa

Mata memandang

Hilang sirna pandang

Buram samar menguasai indra

 

Cahaya

Sinari jiwa

Agar tak terlupa

Hari lewat tak terasa

 

Allah-ku

Yang Kuasa

Pemberi daya upaya

Luruh kupasrah di jalan-Mu

Selasa, 22 Desember 2020

Cinta Sederhana dan Istimewa Biyungku



Hari ini Hari Ibu, aku tidak mengucapkan kata selamat kepada ibuku. Kenapa? Apakah aku tidak mencintai ibuku? Apakah ibuku tidak mencintaiku? Tidak. Aku mencintai dan dicintai Ibuku dengan cara yang sangat sederhana dan istimewa. 

Ibuku, aku memanggilnya Biyung. Panggilan untuk Ibu di daerah Purbalingga. Panggilan demikian sudah hilang mungkin dari keseharian. Mungkin hanya di daerah pedesaan nama itu masih populer. Aku memang tetap memanggilnya begitu. Meskipun aku telah menjadi seorang guru. Meskipun beberapa tetangga memintaku mengubah panggilanku pada Ibuku menjadi mama atau Ibu.

Ibuku akan tersenyum saja. Ia akan menolak dengan serta merta. Aku pun tidak memaksa. Bagiku panggilan apa pun tetap aku mencintai dan mengaguminya. Lagipula panggilan itu unik terdengar. Aku seperti tetap terhubung dengan masa lalu. Agar aku senantiasa sadar darimana aku berasal hingga bisa berdiri seperti sekarang.

Biarlah semua sederhana seperti biasa. Kami bercengkrama, kadang-kadang selayaknya teman. Kadang-kadang menjadi tempat curhat kegalauan hatinya. Kadang-kadang juga menjadi lawan debat yang seru. Ada cinta di sana, meskipun kadang-kadang ada amarah, ada beda pendapat. Tapi tetap engkau mencintaiku dengan caramu dan akupun mencintaimu dengan caraku. Kita memang dari generasi berbeda. Tapi kita dari darah yang sama. 

Ibuku tidak mengenal apa itu Hari Ibu. Biarlah semua tetap seperti itu. Lagipula itu tidak kan mengubah cintamu. Jika aku mengucapkan selamat hari ibu kepada beliau. mungkin justru ada renggang rasa di antara kita. Kikuk dan timbul rasa enggan. Itulah sebabnya saya tidak pernah mengucapkan selamat kepada ibuku. Tetapi tetap  aku mencintaimu dan mengagumimu dengan setulusnya. Dan kulihat pula doa, cinta dan kasih sayangmu yang abadi senantiasa terpancar dari sinar matamu saat kau memandangku. I love you. Matur nembah suwun kagem Biyungku.



Senin, 21 Desember 2020

Terasku Indah di Masa Pandemi

 Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung hampir 9 bulan di Indonesia membawa banyak pengaruh. Salah satunya adalah pada kegiatan kita sehari-hari. Karena banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah maka kegiatan di rumah pun menjadi semakin bervariasi. Karena jika tidak demikian kebosanan pasti akan timbul.

Salah satu yang tampak dari pengamatan saya adalah banyaknya tanaman yang muncul kembali menjadi idola. Bertaman menjadi salah satu kegiatan positif yang muncul dari adanya pandemi. Hal ini tentu saja berefek pada kegiatan di rumah. Biasanya tidak sempat untuk menengok tanaman yang tumbuh di teras atau taman rumah, kini semakin rajin. Bahkan sampai berburu tanaman yang lagi booming dan in.

Saya termasuk yang terimbas hal positif tersebut. Awalnya malas untuk merawat berbagai tanaman. Tetapi karena orang-orang sekitar dan tentangga juga ikut ramai bertaman maka jadi ikut juga. Tapi kita tidak termasuk yang memburu janda bolong atau sejenisnya yang berharga fantastik. Kita hanya mengumpulkan tanaman-tanaman yang biasa tumbuh di sekitar kita tetapi biasnya tidak terurus dan kurang diperhatikan.

Meskipun demikian saya bersyukur. Sekarang ketiuka berjalan-jalan ke mana-mana hampir ada tanaman yang menghias rumah tetangga. Suasana menjadi asri dan hijau. Ada hikmah positif yang dapat diambil dari pandemi ini. Semoga hal ini tetap berlanjut meskipun pandemi sudah pergi.




Sabtu, 19 Desember 2020

Pentigraf : Liburan Nisa



Nisa menatap puas pada hasil pekerjaannya pagi ini. Tumpukan baju kotor dan pernak-perniknya kini tergantung rapi di jemuran. Siap melalui proses pengeringan. Matahari hari ini berkenan bersinar dengan cerah.Setelah beberapa hari bersembunyi di balik awan mendung dan bahkan hujan deras. Nisa menghela napas, menghembuskan lelah yang menerpa badannya setelah sepagian ini berkutat dengan pekerjaan rumah. Tetapi dia tersenyum penuh kebahagiaan. Pekerjaan yang ia tunda terus karena kesibukannya kini ia bisa lakukan. Hari Libur telah tiba. Dia sangat bahagia. Saatnya jalan-jalan? Saatnya refreshing?Bukan saatnya bekerja menata semuanya yang lama ditinggalkan.

Kini Nisa beranjak ke ruang dapurnya. Kotoran-kotoran bekas memasak masih berserakan. Daun-daun sayuran yang mengering. Kulit bawang merah dan bawang putih yang masih tersisa di potongan. Mata Nisa masih terus berkeliling mencari sasaran apalagi yang harus dibersihkan. Matanya menuju ke kompor gas yang sudah beberapa tahun dimilikinya. Kotor penuh sisa-sisa minyak cipratan memasak. Demikian pula keramik di bawahnya. Hitam kecoklatan menandakan lama tidak dibersihkan. Dengan siap Nisa mengambil lap yang biasa digunakan untuk membersihkan. Sigap bagai petugas kebersihan yang melihat sampah, demikian Nisa bekerja. Satu persatu masalah di dapur diselesaikannya.

Nisa mengusap peluh yang mulai menetes karena kepanasan dan kelelahan. Sedang asyik dengan pekerjaanya di dapur. Tiba-tiba anak semata wayangnya sudah berdiri di depannya. Menatap sayu sambil berkata "Kapan bersih-bersihnya selesai, Ma? Aku sudah lapar." Ha dilihatnya anaknya memelas meminta makan.Sepertinya ia sudah sanat lapar. OH Nisa terkaget sendiri. Sayuran yang akan dimasaknya masih rapi di tempatnya. Daging ayam yang dicucinya juga masih teronggok di wadahnya tanpa bumbu. Belum terjamah. Lho sejak tadi ia ngapain saja? Buru-buru ia menenangkan si buah hatinya untuk menunggu sebentar lagi. Rasa lelahnya hilang. Peluhnya diseka cepat. Ternyata pekerjaanya belum apa-apa. Masih banyak pekerjaan yang menunggunya. Kapan selesai beberesnya?!!








 

Kamis, 17 Desember 2020

Gerimis Pagi

 


Apa yang ada dalam pikiran kita jika hujan turun di pagi hari? Apa yang kita rasakan? Apakah rasa malas semakin bersemayam di badan? Enggan bangkit dari peraduan? Seperti matahari yang kembali berdiam dibalik awan mendung?

Aku termasuk yang sangat suka gerimis pagi.Entah kenapa? Apakah kita bisa tidur berselimut lagi? Tidak saya termasuk yang tidak bisa tidur lagi setelah subuh tiba. Meski kadang ingin juga.Tetapi begitu ditidurkan yang terbayang adalah pekerjaan, tumpukan baju yang harus dicuci, setrikaan yang menggunung untuk segera dirapikan. Akhirnya itu membentuk pola pengaturan waktu sendiri. Tidak bisa tidur setelah subuh. Dan alhamdulillah secara agama itu jua tidak dianjurkan.

Aku suka gerimis karena suasana menjadi tenang dan sahdu. Meskiharus melawan rasa malas ketika akan beraktivitas keluar. Tetapi saya menikamti tetesan air yang turun. Kadang jika hanya gerimis kecil dan lembut, malah saya membayangkan itu adalah salju yang turun. Saya mencoba membuat puisinya dari gerimis pagi hari ini.

Gerimis Pagi

Ada sepi menggayut

Di antara tetesan-tetesan air yang lembut

menina bobokan impian dibalik selimut

agar langkah kaki tercerabut


gerimis pagi ini

mengiringiku beraktivitas pagi

tuk menyambut hari

meski tak secerah mentari

aku akan terus bermimpi





Kata-Kata Motivasi untuk Menulis

 


Memulai menulis saya tertarik untuk mencari berbagai kata-kata motivasi yang secara pribadi masuk untuk dapat menginspirasi diri saya sendiri. Ada beberapa kata motivasi yang mak cleb masuk ke dalam perasaan saya. Semoga ini jadi pengingat saja ketika mood menulis down.

  • Ikatlah ilmu dengan menulis.(Ali bin Abi Thalib)
  • Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. (Pramudia Ananta Toer)
  • Menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis…" - (Gertrude Stein)
  • Sejak kecil dekat dengan Allah, saat dewasa jangan pernah sedetik pun kita bergantung pada selain Allah! Ketika menulis, pena dan jemari kita gerakkan karena Allah, untuk Allah. Maka tulisan kita tak hanya jadi manfaat dan rahmat di bumi, tapi insya Allah menjelma cahaya akhirat kita.
Bersambung untuk menuliskannya. Selamat malam. Salam literasi

Rabu, 16 Desember 2020

Membuat Blog Baru


Selamat pagi semua. Hari ini saya membuat blog baru karena masuk kepelatihan menulis. Disarankan untuk membuat blog baru. Saya kira mudah saja membuat blog baru. Tetapi ternyata tidak semudah yang saya kira. Ketika membuat blog tertolak terus. Apa yang salah ya dengan pembuatan blog barunya ya?

Saya mencoba browsing di google dan youtube, tetapi belum terpecahkan juga. Masih saja muncul tulisan "alamat blog tidak terdaftar". Selain itu kata simpan pun tidak aktif. Sehingga tidak mungkin untuk membuat blog yang baru. 

Bermodal klak klik di sana sini akhirnya ketemu juga. Saya mencoba ketikkan nama dengan tambahan nomor. Alhamdulillah kata simpan menjadi aktif. Itu berarti blog yang saja buat berhasil. Yes, memang perlu coba sana-sini. Istilahnya katanya ngobrek blog. 

Kini saatnya untuk menulis. Tulislah apapun yang bermanfaat. Tulislah agaride teru mengalir. Jangan menunggu ide baru menulis. Salam sukses-suka proses. Salam literasi.


Kepedulian kepada Bencana Semeru

 Peristiwa bencana Semeru yang terjadi pada tanggal 8 Desember 2021 menggugah suasana yang tenang. Sore itu tiba-tiba grup WA